free web submission

Kamis, 28 Juli 2011

Kisah-kisah unik dibalik kunjungn TIMNAS ke Turkmenistan

Saat menyaksikan Timnas Indonesia bertanding di Turkmenistan beberapa hari yang lalu, sungguh menyedihkan melihat kondisi rumput yang jauh dari kata layak untuk menggelar pertandingan Internasional. Namun kondisi rumput bukanlah satu-satunya keadaan memprihatinkan yang dialami Timnas kita. Berikut ini saya copaskan artikel dari situs PSSI yang menceritakan tentang kunjungan Timnas ke Turkmenistan.

Jakarta24/07/2011;

Pertandingan leg-1 antara Turkmenistan meninggalkan banyak cerita, baik teknis maupun non teknis. Hal utama yang menjadi pusat perhatian adalah buruknya kondisi lapangan di Ashgabat Olympic Stadium, Turkmenistan. Kondisi lapangan yang buruk itu juga sangat menyulitkan gaya permainan timnas Indonesia yang mengandalkan bola – bola pendek menyusur tanah.

Ketika pertama kali melihat kondisi lapangan, pelatih Wim Rijsbergen sampai geleng-geleng kepala. "Lapangannya sangat parah. Harus ada perubahan strategi," ungkap Wim.

Terkait buruknya lapangan ini, manajemen timnas sempat mempertanyakan kelayakannya kepada perwakilan FIFA di sana. "Bukan Cuma protes, bahkan kita sengaja mendatangi perwakilan AFC dan FIFA di Turkmenistan untuk menanyakan soal lapangan. Namun, mereka juga angkat tangan. Mau bagaimana lagi?," ungkap Desy Christina, media officer timnas senior.

Beruntung, meski kondisi lapangan sangat buruk, para pemain timnas Indonesia tetap semangat menjalani latihan hingga pertandingan. Cuaca panas yang mencapai 40 derajat celcius pun tidak terlalu dipermasalahkan oleh pemain.

Kekecewaan timnas kepada tuan rumah juga dirasakan pada layanan dari panpel. Betapa tidak, timnas tidak mendapatkan Liason Officer (LO) tetap selama di Turkmenistan. Ketika diberikan LO pengganti, malah tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali.

"Walhasil, komunikasi pun harus memakai bahasa tubuh atau isyarat. Banyak kejadian lucu jadinya," ungkap Desy.

Kesulitan lainnya yang didapat di Turkmenistan adalah terbatasnya akses internet dan masalah pada sambungan telepon internasional. Bahkan, demi mendapatkan koneksi internet, ofisial timnas sampai harus meminjam akses ke Federasi sepakbola Turkmenistan.

Kini, semua masalah itu sudah dilupakan oleh pemain dan ofisial timnas. Fery Rotinsulu cs mulai fokus pada pertandingan kedua di Jakarta. Satu hal yang pasti, timnas Indonesia akan kembali mengenakan kostum kebesaran merah – putih. Tidak lagi merah-hijau seperti di laga pertama.

sumber : www.pssi-football.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar